Jumat, 10 Juni 2011

PRINSIP DASAR PEMBERIAN RANSUM UNTUK TERNAK & IKAN

PRINSIP DASAR PEMBERIAN RANSUM UNTUK TERNAK & IKAN

Masalah pokok dalam budidaya ternak, perikanan termasuk untuk tanaman, adalah bagaimana memperhitungkan nilai ransum (pada tanaman dikenal sebagai pupuk). Pentingnya ransum terkait dengan asupan energi. Karena itu harus cermat bagaimana pertimbangan nutrisinya. Sistem energi meliputi TDN (total digestif nutrient - tingkat penyerapan pakan), metabolisme protein (MP) dan kalori yang dapat diurai dalam berbagai bentuk. Sumber energi berupa karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin dan mineral yang terkandung dalam ransum (pada tanaman butuh unsur hara seperti N, P. K, Mg, Cl, dll). Kebutuhan energi ini untuk menopang kebutuhan hidup pokok (maintenance), di samping untuk pertumbuhan.
Kita harus pahami siklus metabolisme energi (lihat gambar), bahwa ransum tidak serta merta seperti yang diharapkan. Intake energi yang kita berikan masih bersifat kotor (energi bruto). 20 -50 % dari makanan dan dari metabolisme akan dibuang dalam bentuk feses (kotoran). Dari energi yang tercerna 5 – 12 % masih terlepas dalam bentuk gas seperti CH4 (methan) dan urin. Sisanya sebagai energi yang termetabolisme akan digunakan untuk menopang kebutuhan pokok (basal), bila ada ada energi yang lebih, baru digunakan untuk pertumbuhan seperti terbentuknya susu dan daging.
Jadi menarik adalah berapa kebutuhan maintenance sesuai dengan umur dan berat badan. Bila nutrisi yang diberikan hanya sebatas memenuhi kebutuhan pokok, ia hanya tumbuh standart. Bila kurang akan tumbuh kurus dan bila berharap produksi daging (gemuk) atau susu meningkat maka harus memberi nutrisi lebih. Perlu diingat bahwa tubuh punya ambang batas dalam kemampuan metabolisme. Pemberian nutrisi sangat berlebih juga percuma, karena hanya terbuang dengan menigkatnya produk feses dan urin. Tingginya Sisa kandungan nutrisi pada feses dan urin membuat aktifasi bakteri pembusuk meningkat. Bau kandang lebih menyengat dengan tingkat polusi tinggi yang rawan menimbulkan penyakit dan kematian. Kegagalan panen pada unggas, juga pada kolam ikan seperti lele atau gurame, tingginya angka kematian terjadi karena tingkat polusi yang berlebih yang sering justru dipicu oleh kelebihan pakan.
Katakan bila kebutuhan pokok adalah 5. Bila berharap tumbuh standart maka program nutrisinya di buat 5. Bila kurang semisal 3 – 4, bukan hanya kurus tetapi juga panen jadi mundur. Biaya produksi justru meningkat karena mundur dari panen yang hanya berarti membuang percuma ongkos produksi. Bila ingin gemuk cepat dipanen atau produksi susu meningkat, nutrisi harus di buat 6 -7. Tetapi pemberian berlebih 8 – 9 akan boros karena terbuang percuma sebagai feses dan urim.
Berikut adalah sekilas soal bahan ransum. Karbohidrat. Merupakan sumber energi utama dalam kehidupan organisme. Jaringan tanaman rata-rata mengandung 75 % karbohiderat. Terdiri dari gula sederhana seperti glukosa dan gula kompleks seperti pati, gliogen, selulosa dan serat kasar. Glukosa dan pati banyak terdapat pada biji-bijian. Sumber karbohidrat terdapat pada semua hijauan, biji-bijian dan umbi-umbian.
Lemak. Dalam tubuh hewan diperlukan sebagai energi dan pembawa vitamin (vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E dan K). Sebagai sumber energi, lebih efisien dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Nilai energi lemak dua setengah kali lebih besar dari nilai energi karbohidrat dan protein. Sumber lemak terdapat pada pakan berbutir seperti bungkil kacang tanah dan bungkil kelapa. Kandungan lemak bahan hijauan sangat rendah yaitu 1 – 3 %.
Protein. Tubuh memerlukan protein untuk memperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak serta untuk produksi. Hewan tidak dapat membuat protein dari zat-zat anorganis, karenanya perlu disuplai dari bahan-bahan pakan. Hewan muda dan sedang berproduksi membutuhkan banyak protein. Bahan yang mengandung protein, adalah hijauan legum, daun turi, daun lamtoro, biji-bijian seperti bungkil kedelai, bungkil kacang tanah, dll. Sapi tidak perlu diberikan kandungan protein yang istimewa seperti hewan nonruminansia, karena dalam perut sapi ada alat pencernaan yang lebih sempurna
Mineral. Diperlukan untuk membentuk jaringan tulang dan urat, selain untuk mengganti mineral dalam tubuh yang hilang serta untuk memelihara kesehatan. Sangat penting bagi daya hdup sebab akan mempermudah pencernaan, penyerapan, metabolisme dan pembuangan zat-zat pakan. Unsur penting mineral yang diperlukan diantaranya adalah Natrium (Na), Klor (Cl), Kalcium (Ca), Fosfor (P), Sulfur (S), Ferum (Fe), Kalium (K), Magnesium (Mg), Iodium (I), Kuprum (Cu), Kobalt (Co), Seng (Zn), dan Selenium. Sering ditambahkan dalam makan adalah garam grosok, kacium dan fosfor
Vitamin. Dibutuhkan untuk mempertahankan kekuatan tubuh dan memajukan kesehatan. Jumlah vitamin yang diperlukan hanya kecil tetapi mutlak harus ada. Vitamin seperti A, B kompleks, D, C, E, K berfungsi vital di dalam pengaturan zat –zat pakan dalam proses metabolisme. Tanpa vitamin proses perombakan bahan pakan yang termakan tidak bisa berlangsung normal sehingga pakan yang diberikan kurang bermanfaat dan hanya menjadi kotoran
Air. 2/3 atau 70 % tubuh hewan mengandung air. Berfungsi sebagai regulator terutama untuk mendapat unsur hidrogen (H) untuk bufer asam-basa. Karena itu air merupakan kebutuhan utama yang tidak bisa diabaikan. Bila ketersediaan air dalam tubuh hanya 20 % yang berarti kekurangan air (dehidrasi), maka baik hewan maupun tanaman akan mati. Fungsi air adalah mengatur suhu, membantu proses pernafasan, mengangkut zat-zat pakan dan mengeluarkan bahan-bahan yang tidak berguna. Hewan seperti sapi memerlukan 3- 6 liter air per 1 Kg pakan kering
Zat perangsang tubuh non-nutrient. Untuk meningkatkan produksi ternak salah satunya adalah dengan meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Hewan membutuhkan zat perangsang pertubuhan (bukan zat makanan) yang secara farmakologis mampu meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Zat tersebut antara lain berperan meningkatkan kualitas makanan seperti Monensi-sodium, mikroba rumen dan yang meningkatkan efisiensi penggunaan zat makanan yang mencapai jaringan untuk produksi seperti hormon, enzym, antibiotika dan mikroba rumen. Peranan MKABio yang merupakan sedian koloni mikroorganisme probiotik, dapat meningkatkan kinerja rumen, sangat diperhitungkan sebagai zat perangsang tubuh non-nutrien. Pemakaian MKABio akan meningkatkan efektifitas pencernaan : panjang usus tetap fungsi meningkat oleh kerja probiotik. TDN & energi yang termetabolis meningkat. Berkurangnya sisa pencernaan pada feses dan urin, menurun dampai hilangnya bau kandang dan kolam ikan. Lalat dan nyamuk berkurang. Kandang, kolam dengan lingkungan sehat, ternak dan ikan bertumbuh baik, kematian berkurang
Komposisi ransum (kosentrat) yang ideal, harus sebanding mengenai jumlah bahan dari ransum. Hendaknya diperhitugkan karbohidrat mencakup 60 – 75 %, protein kasar 12 – 15 %, lemak kasar 3- 5 %, Vitamin 6 % dan mineral 7 %. Ini adalah prinsip dasar dalam memberi ransum. Bagaimana hasil budidaya kita, apakah itu ternak, kolam ikan atau tanaman, akan sangat bergantung pada kualitas dan kwantitas nutrisi yang diberikan.
Perhitungan rigid ransum memang untuk sapi. Tetapi sudah dikatakan, parameter ini bisa digunakan untuk kepentingan lain. Kita bisa meminjam hitungan dengan memperhitungkan indek masa tubuh (IBM). Bila dilihat di tabel (dapatkan sof copy CD dari LKPS Bhakti Nusa Jombang) kemampuan menyerap pakan pada usia pertumbuhan 3,5 % dan pada usia dan berat yang lanjut 2 % dari berat badan. Protein yang dibutuhakan, pada pertumbuhan 14 % dan pada usia dan berat badan yang lanjut 7 %. TDN pada pertumbuhan 86 % dan berat badan lanjut 60 %. Pada sapi ini mudah dikerjakan dengan menimbang berat badan. Tidak sederhana bila ini dikaitkan dengan kebutuhan ikan dalam satu komunitas kolam.
Bisa dilakukan pendekatan dengan penimbangan secara berkala. Misalnya dalam satu kolam berisi 3000 ekor. Ambil beberapa ekor untuk rasio 1 Kg. Misal didapat rasio 10 : 1 (ukur 10). Ini artinya dalam satu kolam di dapat 300 Kg ikan (Atau satu ikan ditimbang di kali jumlah ikan dalam kolam). Bila ini usia pertumbuhan, kemampuan menyerap pakan 3 % berarti kebutuhan pakan sehari 9 Kg. Tetapi karena nilai protein sediaan pakan biasanya adalah 30 % sedang kebutuhan riil 10,4 %, bisa dihitung 9 x 10,4 hasilnya dibagi 30, kira-kira didapat 3,12 kg. Ransum 3,12 Kg adalah kebutuhan harian untuk 3000 ekor ikan dalam satu kolam. Bisa diberikan dua atau tiga kali sehari. Pada satu waktu berat badan berubah, kita juga mengubah ransum.
Jangan lupa bahwa makin besar dan tua ikan, kebutuhan ransum juga turun (lihat tabel). Ini seperti juga manusia, kebutuhan makan makin tua makin menurun sesuai tingkat usia. Bila sudah tua makan sebanyak anak muda, mengambil resiko untuk sakit serius berkait dengan gizi berlebih. Kebanyakan pengkolam berpikir umur bertambah dan berat badan bertambah, kebutuhan ransum ikan juga bertambah. Secara kumulatif benar, tetapi substansinya sebenarnya makin turun. Jangan sampai terjadi kelebihan pakan berati polusi oleh biomassa di kolam meningkat, yang memicu proses pembusukan yang berisiko pada naiknya tingkat kematian. Banyak terjadi, menjelang panen, banyak ikan justru mati. Tinginya angka kematian menjelaskan turunnya ratio hasil panen yang artinya merugi, alias gagal panen.

Tidak ada komentar: